Halaman

Rabu, 25 Mei 2011

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK YANG DISERTAI PENYAMPAIAN IMPLEMENTASI MATERI DALAM KEHIDUPAN PADA SISWA SMP

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK YANG DISERTAI PENYAMPAIAN IMPLEMENTASI MATERI DALAM KEHIDUPAN PADA SISWA SMP


 

 


PROPOSAL


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

 

 


OLEH :


 


 


 


JONI WARMAN


08050153


 


 

 


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT


PADANG


2011


BAB I


PENDAHULUAN




  1. 1.            Latar Belakang Masalah


Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan yang praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, dan kontruksi, generalitas dan individualitas dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Kecerdasan logis matematis sangat berpengaruh  pada kecerdasan seorang anak atau peserta didik. Matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Oleh sebab itu, matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah hingga perguruan tinggi.


“Sangat Penting Mempelajari Matematika” itulah kalimat yang yang harus ditanamkan pada diri setiap individu insan pendidikan pada khususnya dan semua orang pada umumnya. Namum apakah proses pembelajaranya sudah efektif, efisien dan menyenanngkan atau menarik perhatian peserta didik ?. Hingga saat ini pembelajaran matematika masih mengandung paradigma menakutkan, menyeramkan bahkan menjengkelkan bagi peserta didik, itulah fakta yang tak dapat dipungkiri oleh dunia pendidikan. Menurut Erman (2003: 58) tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah:

  1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang sedang berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.

  2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.


Pada dasarnya peserta didik memiliki semangat yang tinggi untuk belajar, kalau tidak punya semangat kenapa mereka masih mau mengikuti  pendidikan ?, hal itu berarti peserta didik memiliki semangat yang tinggi untuk belajar. Namum kenapa banyak pendidik  mengatakan siswa tidak bersemangat atau memiliki motivai rendah dalam belajar ?. Andai saja peserta didik tahu untuk apa mereka mempelajari sesuatu, pasti semangat itu akan muncul dengan maksimal. Siapa orang bijak yang bersemangat mempelajari sesuatu tanpa ia tahu implementasinya untuk apa?. Saya tidak akan begitu bersemangat mempelajari materi  ‘fungsi kuadrat’  kalau saya tidak tahu gunanya untuk apa dalam kehidupan saya saat ini dan dimasa mendatang. Hal inilah yang sangat jarang kita temukan dalam proses pembelajaran matematika. Guru sebagai pendidik cenderung hanya menyampaikan materi ajar sebagai formalitas dari silabus dan RPP (Rencana Program Pengajaran) tanpa meyampaikan pada peserta didik implementasi materi yang mereka pelajari sebagai motivasi yang merupakan bagian dari komponen RPP (Rencana Program Pengajaran).

Berdasarkan paparan diatas maka peneleti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Matematika Realistik yang Disertai Penyampaian Implementasi Materi Dalam Kehidupan Pada Siswa SMP”

  1. 2.         Identifikasi Masalah


 

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

  1. Rendahnya minat belajar siswa

  2. Siswa kurang bersemangat dalam belajar matematika

  3. Guru jarang memperhatikan rasa keingintahuan siswa

  4. Guru jarang menyampaikan implementasi materi matematika yang diajarkan di sekolah



  1. 3.         Pembatasan Masalah


Agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai sasaran yang diharapkan maka masalah dibatasi sebagai berikut:

  1. Minat belajar matematika siswa rendah

  2. Guru jarang menyampaikan implementasi materi matematika pada siswa


Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dalam proses pembelajaran akan diterapkan pe,beljaran matematika realistik yang disertai penyampaian implementasinya dalam kehidupan

  1. 4.         Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah metode pembelajaran matematika realistik yang disertai  penyampaian implementasi materi dalam kehidupan dapat meningkatkan minat belajar siswa yang dilihat dari hasil belajar siswa?”.

  1. 5.         Asumsi


Penelitian ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut :

  1. Setiap siswa memperoleh kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran matematika di kelas

  2. Hasil belajar yang diperoleh siswa merupakan kemampuan akademis siswa

  3. Guru mampu menggunakan metode pembelajaran matematika realistik serta menyampaikan implementasi materi yang dipelajari



  1. 6.         Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah metode pembelajaran matematika realistik yang disertai  penyampaian implementasi materi dalam kehidupan dapat meningkatkan minat belajar siswa

  1. 7.         Kegunaan Penelitian


Kegunaan penelitian ini adalah :

  1. Bekal pengetahuan dan pengalaman bagi penulis sebagai calon guru matematika

  2. Sebagai motivasi bagi siswa untuk lebih giat dan lebih aktif dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar terutama pelajaran matematika.

  3. Bahan masukan bagi guru khususnya guru matematika dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa.


BAB II


KERANGKA TEORITIS




  1. A.    Kajian Teoritis

    1. 1.      Pembelajaran Matematika




Meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. MenurutFontana dalam Suherman (2003; 7) belajar adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang relative teteap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan menurut Sadiman, dkk (2009; 2) menjelaskan bahwa “Belajar suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)”. Kemudian Slameto (2003; 2) menrengkan pula bahwa “belajar adaah suatu proses usaha yang dilakkukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Lebih dipertegas lagi oleh Gagne dalam Muliyardi (2002; 39) “belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah ;akunya secara permanen, sedemikian sehingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi pada situasi yang baru”.

Dari pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah lakuyang dilakukan secara sadar, bersifat permanen, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, dengan kata lain seseorang dikatakan belajar apabila pada dirinya terjadi perubahan tingkah laku, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kearah yang lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum ia menalami proses belajar. Jadi hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku.

Pembelajaran merupakan suatu upaya mencipatakan kondisi belajar yang memugkinkan proses belajar mengajar berlangsung dengan mudah dan sistematis, untuk mendapatkan hasil belajar. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana upaya guru mendorong siswa belajar, sesuai dengan pendapat Mulyardi (2002; 3) mengemukakan bahwa :

“Istilah pembelajaran lebih menggambarkan bahwa siswa lebih banyak berperan dalam mengkontruksi pengetahuan bagi dirinya dan bahwa pengetahuan itu bukan hasil proses transformasi dari guru”.

Dalam hubungnnya dengan pembelajaran matematika menurut Nikson dalam Mulyardi (2002; 3) mengemukakan bahwa : “Pembelajaran matematika adlah upaya membantu siswa untuk mengkontruksi konsep atau prinsip mattematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali”.

Jadi berdasarkan kutipan di atas pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa agar siswa aktif dalam belajar.

Salah satu cirri-ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan pada teori psikologi pembelajaran yang saat ini sedang populer dibicarakan oleh para pakar pendidikan. Menurut Gagne dalam Suherman (2003; 33) mengemukakan bahwa dalam belajar matematika ada dua objek yang diperoleh siswa yaitu objek langsung dan tak langsung. Objek langsung berupa fakta, konsep, keterampilan dan aturan. Sedangkan objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar.  Dengan terjadinya proses pembelajaran disekolah khususnya pelajaran matematika diharapakan terjadi suatu perubahan tingkah laku dari diri siswa sehingga siswa paham, mengerti dan terampil menerapkan pelajaran matematika dalam kehidupannya kedepan. Jadi sangat diharapkan setelah setiap proses pembelajaran berakhir ada pemahaman pengetahuan yang berbekas dalam diri siswa.

Namun dalam hal ini guru harus mengetahui karakteristik siswa dalam pembelajaran matematika yaitu :

  1. Siswa akan mempelajari matematika jika ia memiliki motivasi

  2. Siswa mempelajari matematika baik secara sendiri maupun kerjasama dengan temannya dan memiliki caranya sendiri

  3. Siswa membutuhkan konteks dan situasi yang berbeda dalam mempelajari matematika.



  1. 2.      Pembelajaran Matematika Realistik


Pembelajaran Matematika Realistik selanjutnya disebut PMR adalah sebuah pendekatan belajar matematika yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok ahli matematika dari Freudenthal Institute, Utrecht University di Negeri Belanda. Pendekatan ini  didasarkan pada anggapan Hans Freudenthal (1905 – 1990) bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru. Proses penemuan kembali ini dikembangkan melalui penjelajahan  berbagai persoalan dunia nyata. Disini dunia nyata diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar matematika, seperti kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, bahkan mata pelajaran lain pun dapat dianggap sebagai dunia nyata. Dunia nyata digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Untuk

menekankan bahwa proses lebih penting daripada hasil, dalam pendekatan

matematika realistik digunakan istilah matematisasi, yaitu proses mematematikakan dunia nyata (Sudharta, 2004).

Matematika Realistik (MR)  yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titk awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain.

Zulkardi (2001), mendefinisikan pembelajaran matematika realsitik sebagai berikut:

“PMR adalah teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal ’real’ bagi siswa, menekankan ketrampilan  ’process of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (’student inventing’ sebagai kebalikan dari  ’teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik individual maupun kelompok”.

Dua pandangan penting Freudenthal  (dalam Hartono) tentang PMR adalah:

  1. Mathematics as human activity, sehingga siswa harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas matematisasi pada semua topik dalam matematika

  2. Mathematics must be connected to reality, sehingga matematika harus dekat terhadap siswa dan harus  dikaitkan dengan situasi kehidupan sehari-hari.

  3. 3.      Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik


Pembelajaran Matematika Realistik mencermikan pandangan matematika tertentu mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagaimana matematika harus diajarkan.

PMR mempunyai konsepsi tentang siswa sebagai berikut : Siswa memiliki seperangkat alternatif ide-ide matematika yang mempengaruhi belajar, selanjutnya siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri, pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan. Disamping itu, konsepsi tentang guru adalah : guru hanyalah sebagai fasilitator belajar, guru harus mampu melakukan pengajaran yang interaktif, guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoaalan riil, dan guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum, melainkan aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun social. (Hartono)

Prinsip PMR adalah menggunakan konteks dunia nyata, model-model, produksi dan kontruksi siswa, interaktif dan keterkaitan (Treeffers dalam Sudharta, 2004).

  1. Menggunakan konteks dunia nyata


Dalam PMR pembelajaran dimulai dengan masalah kontekstual (dunia nyata), sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung.

  1. Menggunakan model-model (matematisasi)


Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran self developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi riil ke situasi abstrak atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah.

  1. Menggunakan produksi dan konstruksi


Streefland (dalam Sudharta, 2004) menekankan bahwa dengan pembuatan “produksi bebas” siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar. Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika formal.

  1. Menggunakan interaktif


Interaksi antar siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam PMR. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.

  1. Menggunakan Keterkaitan (intertwinment)


Dalam PMR pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar atau geometri tetapi juga bidang lain.

Penerapan kelima prinsip tersebut dalam penelitian ini akan dilihat pada aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Penerapan masing-masing prinsip oleh guru dalam pembelajaran sebagai berikut. Prinsip pertama akan dilihat apakah guru memulai pelajaran dengan memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari dan memberi soal-soal pemecahan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan siswa. Prinsip kedua, apakah guru menggunakan alat peraga yang membantu siswa menemukan rumus dan membimbing siswa menggunakannya. Prinsip ketiga, apakah guru memberi waktu kepada siswa  untuk membuat pemodelan sendiri dalam mencari penyelesaian formal. Prinsip keempat, apakah guru memberi pertanyaan lisan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dan memberi penjelasan  tentang materi dan penemuan siswa. Prinsip kelima, apakah guru memberi pertanyaan yang berkaitan dengan  materi lain dalam mata pelajaran matematika atau materi mata pelajaran lain.

Dengan mencermati prinsip pembelajaran PMR, pengertian PMR dibatasi penentuan masalah kontekstual dan lingkungan yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari agar siswa mudah memahami

pelajaran matematika sehingga mudah mencapai tujuan.

  1.  4.      Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik


PMR pada dasarnya sama dengan strategi yang lainnya yaitu juga memiliki prosedur tersendiri dalam pelaksanaanya. Berikut langkah-langkah pembelajaran matematika realistik.

  1. Memahami masalah kontekstual


Guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut, serta memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan masalah yang belum di pahami

  1. Menjelaskan masalah kontekstual


Jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya

  1. Menyelesaikan masalah


Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah

  1. Membandingkan jawaban


Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan teman sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi).

  1. Menyimpulkan


Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu rumusan konse / prinsip dari topik yang dipelajari.

  1. 5.      Tinjauan Tentang Implementasi


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi diartikan sebagai penerapan atau pelaksanaan. Artinya adalah penerapan atau pelaksanaan dari suatu teori atau rencana maupun program yang telah dibuat sebelumnnya.

Implementasi materi pelajaran matematika dalam kehidupan diartikan sebagai penerapan atau pemaknaan materi (bahan pelajaaran) sekolah dalam kehidupan sehari-hari  baik pada materi lain maupun pada materi pelajaran lain. Dengan kata lain jika guru menyampaikan implementasi materi matematika yang dipelajari, maka diharapkan siswa tahu tujuan mereka belajar sebenarnya untuk apa dan tahu kapan mereka akan mengunakan atau menerapkan manfaat ilmu yang mereka pelajari.

Pada dasarnya Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dalam proses pembelajaarannya mengaitkan dengan konteks dunia nyata, konteks dunia nyata inilah yang diharapkan dimanfaatkan sebagai implementasi dari materi yang dipelajari oleh sswa.

  1. 6.      Tinjauan Tentang Hasil Belajar


Pencapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa, dengan kata lain hasil belajar dijadikan tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran. Keberhasilan siswa dalam menguasai materi tergantung pada proses pembelajaran, jika proses pembelajaran tercipta dengan baik kemungkinan besar siswa akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Sudjana (2006 : 37) mengemukakan bahwa “proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula, makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu”.

Berdasarkan keterangan di atas jika guru pandai membuat suasana kelas menjadi aktif serta siswa dilibatkan secara langsung tentu hasil yang dicapai siswa akan memuaskan karena siswa mengalami sendiri apa yang dikerjakannya. Hasil belajar dapat memberikan informasi kepada siswa, bagaimana dan sampai dimana penguasaan bahan serta kemampuan yang dicapai siswa tentang materi pelajaran yang diberikan.

Penilaian hasil belajar dapat membantu mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai konsep atau prinsip dari materi pelajaran yang diberikan. Hasil yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang diperoleh oleh siswa setelah tes akhir pada materi pokok yang telah diajarkan.

  1. B.     Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Diyah (2007) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang dengan judul “Keefektifan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Pada Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa kelas VII SMP” penelitian menyimpulkan bahwa adanya peningkatan pada hasil belajar siswa yang lebih memuaskan. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 41 Semarang tahun pelajaran 2006/ 2007.

Dalam penelitian ini yang penulis lakukan penulis menggunakan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) yang disertai penyampaian implementasi materi yang dipelajari dalam kehidupan. Diharapkan setelah enggunakan metode ini hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan metode ini.

  1. C.    Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir yang menjadi dasar dalam penelitian yang penulis lakukan. Kerangka konseptual ini menjelaskan pola pikir peneliti secara umum yaitu untuk melihat hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode Pembelajaran Matematika Realisik yang disertai penyampain Implementasi Materi Dalam kehidupan. Matematika oleh sebagian siswa dianggap sulit dan menjenuhkan. Sulit karena sifat keabstrakan matematika dan menjenuhkan  karena guru dalam memelajarkan mereka hanya dengan satu arah dan monoton. Belajar siswa belum bermakna.

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan pembelajaran matematika berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia (mathematics as human activity) dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari (mathematics must be connected to reality) siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal. Pembelajaran PMR dengan menerapkan kelima prinsip dapat membuat pembelajaran lebih bermakna. Dengan didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, yaitu perhatian pembelajaran diberikan pada pengembangan model-model,  situasi, skema dan simbol-simbol, dapat mengurangi keabstrakan matematika. Penerapan prinsip sumbangan dari para siswa, membuat siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa memproduk sendiri  dan mengkonstruksi sendiri (yang mungkin berupa algoritma atau aturan) sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika informal menuju matematika formal. Prinsip interaktif  sebagai karakteristik  dari proses pembelajaran matematika mengajak siswa untuk saling  berinteraksi antar teman sehingga pembelajaran tidak sepenuhnya dipegang oleh guru. Dalam hal ini siswa diharapakan mampu mengaitkan dengan materi yang lain atau bahkan dengan materi pelajaran yang lain.

D.    Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : “Terdapat pengaruh Pembelajaran matematika realistik (PMR) yang disertai penyampaian implementasi materi dalam kehidupan pada hasil belajar siswa SMP”

10 komentar:

  1. mas..,,............... aQ Copy ya................

    BalasHapus
  2. punya contoh LKS PMR untuk SMP?
    apa semua materi bisa memakai PMR?
    yang cocok untuk SMP semester 2 apa ya??

    BalasHapus
  3. Pada dasarnya kalo materi sekolah (SD, SMP, SMA / sederajat ) bisa menggunakan PMR / RME. Realistic Mathematic Education (PMR) sebenarnya sangat mudah kita gunakan dalam pembelajaran, dengan catatan : kita sebagai pengajar (guru) harus benar2 paham dengan materi yg kita ajarkan baik scara real, abstrak maupun terapannya. For examp : Fungsi kuadrat digunakan dalam ilmu ekonomi (jabarkan penggunaannya), geometri dalam ilmu ukur, bidang, ruang (ex : teknik sipil).
    Untuk SMP Semester 2, materinya masih materi prasyarat, jadi susah untuk PMR, kecuali pada aljabar (pecahan), Sudut atau geometrinya.
    yang harus diingat : ketahui dulu terapan seetiap materi dimana.
    RPP nya akan saya posting secepatnya.

    BalasHapus
  4. mas...
    da contoh proposal RME tuk penerapan di SD gx???
    thx y mas..
    :)

    BalasHapus
  5. gimana cara downloadnya kak...??

    BalasHapus
  6. Sebelumnya saya mohon maaf yang sedalam-dalamnya atas keterlambatan saya dalam memberikan info tentang contoh-contoh yang diminta.
    berikut ada contoh yang dibutuhkan.
    http://p4mriunp.wordpress.com/materi/
    http://p4mriunjakarta.wordpress.com/materi/

    saya sangat berharap, saudara bergabung pada situs yang saya berikan, karena itu merupakan situs resmi PMRI
    Semoga dapat membantu.

    BalasHapus
  7. Untuk postingan ini tidak perlu didownload,, cukup klik saja judul postingan yang anda inginkan dan blog sesuai keinginan anda, kemudian Copas saja. Saya kebebasan sepenuhnya untuk Copas semua postingan ini dengan catatan digunakan pada konteksnya.
    Semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  8. kak kalau PMR pada materi bilangan bulat bisa gak kak????

    BalasHapus
  9. Bisa, yang penting pahami dulu teori tentang PMRI. Nanti bisa kita diskusikan kalau ada yang ragu

    BalasHapus